Contoh negara berkembang di Asia – Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi dan kriteria tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut.
Umumnya referensi yang digunakan untuk menentukan negara maju atau berkembang bisa dilihat dari PDB/GDP per kapita negara dibandingkan dengan negara lain. Ada beberapa contoh negara-negara berkembang di benua Asia yang akan kami share di artikel ini.
Secara umum negara berkembang adalah negara dengan basis industri yang kurang berkembang dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) yang relatif rendah dibandingkan negara negara maju. Meski begitu istilah negara berkembang ini sebenarnya agak diperdebatkan.
Secara umum negara berkembang adalah negara dengan ekonomi yang tumbuh dan tidak termasuk negara maju. Kriteria ekonomi cenderung mendominasi diskusi mana saja negara-negara berkembang di Asia. Salah satu kriteria tersebut adalah pendapatan per kapita; negara dengan produk domestik bruto (PDB) perkapita tinggi akan digambarkan sebagai negara maju.
Kriteria ekonomi lainnya adalah industrialisasi; negara-negara di mana sektor industri tersier dan kuartener mendominasi akan digambarkan sebagai negara berkembang. Belakang kriteria lain Human Development Index (HDI) yang menggabungkan ukuran ekonomi, pendapatan nasional, dengan ukuran lain, indeks untuk harapan hidup dan pendidikan telah menjadi menonjol. Kriteria ini akan menentukan negara maju sebagai negara dengan rating tinggi (HDI).
(baca juga negara maju di Asia)
Negara Negara Berkembang di Asia
Lalu mana sajakah daftar negara negara berkembang di benua Asia saat ini? Langsung saja berikut ini 12 contoh negara berkembang di Asia lengkap beserta penjelasan dan alasannya, profil singkat dan keadaan ekonominya.
1. China
Negara berkembang di Asia yang pertama adalah Republik Rakyat China (RRC). Per 2013, China adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia menurut nominal GDP dengan jumlah US$9.469 triliun menurut International Monetary Fund.
Jika dihitung menurut keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP), ekonomi China juga berada di posisi kedua, dengan nilai US$16,149 triliun. Tahun 2013, PDB PPP per kapitanya adalah US$11.868, sedangkan PDB per kapitanya US$6.959.
Dalam hal ini, menempatkan China pada urutan 90 dari 183 negara dalam peringkat PDB per kapita. Ini sekaligus menjadikan China sebagai negera berkembang di Asia Timur.
2. India
Selanjutnya adalah negara berkembang di Asia Selatan yaitu India. India memiliki ekonomi yang berada dalam urutan ke-10 dalam konversi mata uang, dan ke-4 terbesar dalam PPP. Dia memiliki rekor ekonomi dengan pertumbuhan tercepat sekitar 8% pada 2003. Dikarenakan populasinya yang besar, namun pendapatan per kapita India berdasarkan PPP hanya AS$3.262, berada di urutan ke-125 oleh Bank Dunia.
Cadangan pertukaran asing India sekitar AS$143 miliar. Mumbai merupakan ibu kota finansial negara ini, dan juga merupakan rumah dari Reserve Bank of India, dan Bursa Efek Mumbai. Meskipun seperempat dari penduduk India masih hidup di bawah garis kemiskinan, jumlah kelas menengah yang besar telah muncul karena cepatnya pertumbuhan dalam industri teknologi informasi.
Ekonomi India dulunya banyak tergantung dari pertanian, namun sekarang ini hanya menyumbang kurang dari 25% dari PDB. Industri penting lainnya termasuk pertambangan, petroleum, pengasahan berlian, film, tekstil, teknologi informasi, dan kerajinan tangan.
3. Indonesia
Indonesia adalah negara berkembang di Asia Tenggara yang cukup diperhitungkan. Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil dan merupakan salah satu negara berkembang di Asia. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.
Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.
Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%. Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.
4. Malaysia
Selanjutnya ada Malaysia sebagai negara berkembang di kawasan Asia. Sementara langkah pembangunan Malaysia kini tidak secepat dulu, tetapi terasa lebih stabil. Kendati kontrol dan penjagaan ekonomi bukan menjadi alasan utama pemulihan, tidak ada keraguan bahwa sektor perbankan menjadi lebih rentan terhadap serangan luar negara.
Malaysia mempunyai sejumlah elemen makroekonomi yang stabil (di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tetap di bawah 3%), simpanan pertukaran uang asing yang sehat, dan utang luar negeri yang rendah. Hal ini memungkinkan Malaysia untuk tidak mengalami krisis yang sama seperti krisis finansial Asia pada tahun 1997.
Walau begitu, prospek jangka panjang kelihatan kurang baik disebabkan kurangnya perubahan dalam sektor badan hukum terutama sektor yang berurusan dengan utang korporat yang tinggi dan kompetitif.
5. Irak
Irak adalah sebuah negara berkembang di Asia Barat dan beribukota di Baghdad. Perekonomian Irak didominasi oleh sektor perminyakan yang menyumbang 95% devisa negara. Pada tahun 1980-an terjadi masalah keuangan yang disebabkan oleh pengeluaran besar-besaran untuk perang dengan Iran dan kerusakan fasilitas ekspor minyak karena Iran.
Hal tersebut kemudian membuat pemerintah melakukan penghematan dan meminjam dalam jumlah besar. Inflasi mulai menurun sejak tahun 2006 setelah kondisi keamanan mulai membaik.
6. Iran
Ekonomi Iran adalah campuran Ekonomi Perencanaan Sentral dengan sumber minyak, dan perusahaan-perusahaan utamanya dimiliki pemerintahan, dan juga terdapat beberapa perusahaan swasta. Pertumbuhan ekonomi Iran stabil semenjak dua abad yang lalu.
Pada awal abad ke-21, persenan sektor jasa dalam pengeluaran negara kasarnya, PNK, adalah yang tertinggi, diikuti dengan pertambangan, dan pertanian. 45% belanja negara adalah hasil pertambangan minyak, dan gas alam, dan 31% dari cukai. Pada 2004, PNK Iran diperkirakan sebanyak $163 miliar atau $2.440 per kapita. Rekan dagang Iran adalah Tiongkok, Rusia, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, dan Korea Selatan.
Sementara itu, semenjak lewat 90-an, Iran mulai meningkatkan kerja sama ekonomi dengan beberapa negara-negara berkembang di Asia termasuk Suriah, India, dan Afrika Selatan. Mata uang Iran juga jadi salah satu mata uang terendah di dunia berdasarkan data terbaru saat ini.
7. Timor Leste
Perekonomian Timor Timur diklasifikasi sebagai ekonomi dengan pendapatan menengah ke bawah oleh Bank Dunia. Berada di peringkat 158 dalam daftar HDI, ini menunjukkan rendahnya tingkat perkembangan manusia. 20% penduduk menganggur, dan 52,9% hidup dengan kurang dari US $ 1,25 per hari. Sekitar setengah dari penduduk buta huruf.
Negara ini terus menderita akibat dampak setelah perjuangan kemerdekaan selama puluhan tahun melawan Indonesia, yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan banyaknya ribuan pengungsi warga sipil. Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kondisi ekonomi Timor Leste memang tetap memburuk dari tahun ke tahun. Bahkan dari data terbaru, Timor Leste termasuk salah satu negara termiskin di Asia, jika berdasarkan dari tingkat pendapatan masyarakat di negara tersebut.
8. Mongolia
Mongolia adalah negara terkurung daratan di Asia Timur antara negara China dan Rusia. Ibukotanya berada di Ulaanbaatar. Kegiatan ekonomi di Mongolia berdasarkan pada pertanian dan peternakan. Negara ini memiliki simpanan mineral yang cukup banyak seperti tembaga, batubara, timah, tungsten, dan emas. Namun mineral tersebut hanya diproduksi untuk kebutuhan domestik.
Bantuan dari Uni Soviet yang mencapai sepertiga PDB hilang pada tahun 1990 pada saat runtuhnya negara tersebut. Saat ini Mongolia mulai bertumbuh dengan cepat karena mulai melakukan ekspor.
9. Kamboja
Pertumbuhan ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata, garmen dan properti. Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.
Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara – negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001.
Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja. Setelah beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir.
Namun, pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009.
Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735 (2010).
10. Thailand
Kerajaan Thai memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat, yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001.
Namun kemudian kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di Tiongkok dan beberapa program stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005.
Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai. Kedatangan wisatawan pada tahun 2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta).
11. Nepal
Nepal adalah negara berkembang di Asia Selatan. Perekonomian di Nepal sangat dipengaruhi oleh perubahan politik dari monarki sampai komunis. Saat ini pertumbuhan ekonomi Nepal cukup tinggi, namun pembangunan terhambat karena korupsi.
Setengah dari anggaran negara berasal dari bantuan asing dengan prioritas pembangunan infrastruktur transportasi, komunikasi, pertanian, dan industri. Pertanian menjadi aktivitas ekonomi utama di Nepal, memperkerjakan 65% populasi dan menyumbang 31,7% dari PDB.
Sedangkan PDB sangat bergantung pada penerimaan uang (29,1%) dari tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Kualitas hidup di negara ini menurun selama beberapa tahun terakhir.
12. Filipina
Pada 1998 ekonomi Filipina, sebuah campuran dari pertanian, industri ringan, dan jasa pendukung; mengalami kemunduran sebagai akibat dari krisis finansial Asia, dan cuaca yang buruk. Pertumbuhan jatuh ke 0,6% pada 1998 dari 5% pada 1997, tetapi kembali ke sekitar 3% pada 1999, dan 4% pada 2000.
Pemerintah telah menjanjikan untuk terus mereformasi ekonominya untuk membantu Filipina setanding dengan perkembangan negara industri Asia Timur. Hutang besar (“public debt” sekitar 77% dari PDB), menghambat perbaikan situasi ekonomi. Alokasi dana untuk hutang lebih tinggi daripada untuk Departemen Pendidikan, dan militer digabungkan.
Strategi yang dilakukan termasuk peningkatan infrastruktur, merombak sistem pajak untuk menambah pendapatan pemerintah, juga deregulasi, dan penswastaan ekonomi, dan meningkatkan integrasi perdagangan di wilayah sekitar.
Prospek masa depan sangat tergantung dari performa ekonomi dari dua partner dagang utama, Amerika Serikat, dan Jepang, dan administrasi yang lebih tepercaya, dan kebijakan pemerintah yang konsisten. Filipina merupakan anggota dari Bank Pengembangan Asia.
Demikianlah 12 contoh negara berkembang di Asia update terbaru beserta penjelasannya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi tambahan ilmu serta referensi bagi kita semuanya.
Facebook Tweet Whatsapp